Sinopsis 'Blood' Episode 6 Part 2
Ji Sang dan Ri Ta keluar bersama-sama dari ruang rapat. Saat itu, Ji Sang mengatakan kalau mesin penjual minuman otomatis rusak. Ri Ta nggak begitu menggubris ucapan Ji Sang dengan menyatakan bahwa Ji Sang baru saja menolak sebuah operasi. Dia mengingatkannya untuk bersenang-senang selama di Pulau Jeju, kalau sempat lihatlah ikan-ikan. Dengan tatapan dingin, Ji Sang menatap Ri Ta dan bertanya, “Ada hal lain yang mau kau bicarakan?” Begitu Ri Ta menggeleng, Ji Sang langsung ngeloyor pergi.
Ri Ta kemudian pergi ke mesin penjual minuman otomatis. Ketika hendak memasukkan koin, dia melihat tanda mesin rusak. Tiba-tiba, dia ingat Ji Sang yang tangannya gemetaran seperti orang kena parkinson waktu operasi dan di ruang rapat. Dia menggumam apa mesin penjual minumannya benar-benar rusak?
Ji Sang sedang memeriksa beberapa data di ruangannya, ketika tangannya kembali bergetar. Ri Ta membuka pintu dan menyatakan diri ikut hadir dalam seminar itu juga. Dia beralasan ingin liburan juga. Ji Sang menegaskan itu bukanlah liburan, tapi seminar. Sambil tersenyum, Ri Ta mengatakan, “Ada hal lain lagi yang mau kau sampaikan?” Ji Sang terdiam. Ri Ta pergi.
Ji Sang dan Ri Ta pergi ke tempat seminar. Saat itu, Ri Ta memberi beberapa nasihat pada Ji Sang. Salah satunya adalah jangan berkeliaran tanpa arah dan sebaiknya berkenalan dengan orang-orang dari seminar. Ji Sang mencemooh nasihat Ri Ta. Dia menilai Ri Ta tipe wanita anti-sosial. Ri Ta mendengus disebut anti-sosial oleh Ji Sang.
Dua orang dokter, pria-wanita, melihat Ri Ta. Mereka langsung menyapanya dan menanyakan kabarnya. Begitu melihat Ji Sang berdiri nggak jauh dari Ri Ta, mereka berdua langsung pindah haluan. Mereka jadi menyapa Ji Sang tanpa memperhatikan Ri Ta lagi. Nggak cuma itu, mereka bahkan memanggil teman-teman seprofesi untuk mendekat, bertemu dengan Ji Sang. Ri Ta merasa ditinggalkan. Hahaha.
Ji Sang memberikan presentasi di seminar pertemuan para dokter. Ri Ta memperhatikannya bersama dokter-dokter lain yang ikut sebagai peserta. Selesai presentasi, para dokter lain mengerubungi Ji Sang untuk menanyakan soal hasil operasi dan persiapan seminar. Sementara itu, Ri Ta berdiri agak menjauh dari kerumunan – merasa dikacangi.
Selesai dengan para dokter lain itu, Ri Ta dan Ji Sang berjalan bersama. Ri Ta mengungkapkan bahwa sepertinya Ji Sang senang dengan semua perhatian itu. Ji Sang menggeleng, sebab itu melelahkan, ngakunya. Dia juga menuding balik kalau Ri Ta yang menyukainya. “Ih, kenapa aku harus menyukainya?” tanya Ri Ta.
“Harusnya kau bangga atasanmu mendapatkan perlakuan laiknya bintang,” jelas Ji Sang. Ri Ta jelas menolak. Dia justru berharap perlakuan itu mengarah padanya. Ji Sang meledek kalau yang terjadi kenyataannya bukan begitu kan? Ri Ta mendengus. Dia mengatakan Ji Sang memang paling pintar meledeknya, seolah-olah mulutnya dibuat olah perajin kelas tinggi. Ji Sang bertanya apa jadwal seminar hari berikutnya? Ri Ta nggak tahu, lagian dia bukan sekretaris Ji Sang yang bertugas melakukan pencatatan jadwal.
“Harusnya kau bangga atasanmu mendapatkan perlakuan laiknya bintang,” jelas Ji Sang. Ri Ta jelas menolak. Dia justru berharap perlakuan itu mengarah padanya. Ji Sang meledek kalau yang terjadi kenyataannya bukan begitu kan? Ri Ta mendengus. Dia mengatakan Ji Sang memang paling pintar meledeknya, seolah-olah mulutnya dibuat olah perajin kelas tinggi. Ji Sang bertanya apa jadwal seminar hari berikutnya? Ri Ta nggak tahu, lagian dia bukan sekretaris Ji Sang yang bertugas melakukan pencatatan jadwal.
Di ruangannya, Jae Wook ingat pertemuannya dengan Suster Sylvia di gereja RS Taemin. Kata-kata yang paling diingatnya adalah “Kau berjuang dengan kehidupan dan kematian setiap hari. Pasti banyak sekali yang ingin kau pasrahkan pada-Nya”. Jae Wook mengambil foto dirinya bersama seorang pasien bocah yang ada di mejanya.
Pada 1979, Jae Wook sempat menjadi dokter yang menangani sang bocah di UCSF Medical Center. Walaupun sakit bocah itu tampak ceria. Ketika Jae Wook datang menemuinya, bocah itu bersembunyi di balik selimut, kemudian dia membuka selimutnya dan menunjukkan wajah gandanya, dimana ketika memejamkan matanya bocah itu menghias kelopak matanya sendiri. Tapi, bocah ini kemudian terjatuh dari atap bangunan. Para dokter melihatnya. Jae Wook ikut melihatnya. Tatapannya tampak sedih.
Jadi, bocah itu dibuang oleh orang tua asuhnya, karena tingginya biaya perawatannya. Nggak ada biaya, bocah itu dikeluarkan dari rumah sakit yang merawatnya. Alhasil, anak itu dikirim ke tempat pelayanan perlindungan anak. Jae Wook tampak penuh sesal.
Ji Sang dan Ri Ta pergi keluar bersama. Ji Sang mengaku ingin melihat lumba-lumba. Ri Ta mengaku ingin pergi makan sashimi. Ketika berada di simpang jalan, mereka berpisah. Ujung-ujungnya, mereka pergi ke hutan.
Ri Ta jalan dan kaget ketika Ji Sang tiba-tiba muncul di belakangnya. Dia menuduh Ji Sang mengikutinya. Ji Sang mengaku nggak melakukannya. Kakinya saja yang mengarahkannya pada Ri Ta. Mereka jalan bareng. Ji Sang bertanya kenapa Ri Ta ke hutan? Apa yang membuatnya tertarik?
“Seharusnya kau nggak muncul tiba-tiba. Tadinya kukira kau itu anj*ng liar,” tukas Ri Ta. Ji Sang menegaskan bahwa nggak ada anj*ng liar di sekitar sana. Ri Ta meyakinkannya, ada. Dulu waktu kecil dia sempat diserang oleh sekawanan anj*ng liar. Ji Sang bertanya apa yang terjadi selanjutnya? Ri Ta mengaku seseorang telah menyelamatkannya. Tapi, dia mengaku nggak tahu siapa itu – meskipun, dia yakin anak laki-laki itu tinggal nggak jauh dari sana.
“Kau kenal dia?” tanya Ji Sang lagi. Ri Ta menggeleng. Itu kali pertama dia melihatnya. Ji Sang ingat saat kecil juga pernah menyelamatkan seorang gadis kecil dari serangan anj*ng liar. Dia juga ingat Soo Eun sempat menyebutkan kalau nama Ri Ta adalah Chae Yun. Ri Ta meminta Ji Sang untuk nggak tanya-tanya lagi. Saat itu, Ji Sang tersenyum. Ri Ta mengajaknya kembali ke tempat seminar, takut terlambat.
Ji Sang dan Ri Ta bersama para peserta seminar lainnya. Mereka minum bersama, bersenang-senang. Ri Ta menceritakan kelakuan konyol Dokter Kim yang pernah menyalakan alarm saat mabuk. Sehingga gedung tempat konferensi dilangsungkan didatangi Swat dan FBI karena disangka ada teroris. Demi meramaikan suasana mereka melakukan permainan. Ri Ta kalah, sehingga harus menengguk minumannya. Beberapa kali main, mereka selesai.
Ri Ta muntah-muntah. Ji Sang menunggu di bangku di pinggir kolam renang. Setelah itu, Ri Ta duduk persis di sebelah Ji Sang. Ji Sang langsung bergeser. Ri Ta mengatai kepribadian Ji Sang benar-benar buruk, karena menolak minum. Ji Sang bilang Ri Ta kan kalah, jadi memang sepantasnya minum.
Dalam kondisi teler berat, Ri Ta berharap pemuda yang menyelamatkannya dulu ada di hadapannya sekarang. Pasti pemuda itu yang akan mengambil minumannya. Dia mulai berkicau nggak jelas. Ketika dipikir-pikir kembali olehnya, pemuda itu bisa saja mati saat menolongnya tanpa mempertimbangkan apapun. “Aku dulu cantik loh,” aku Ri Ta. Ji Sang tersenyum mendengar pernyataan Ri Ta itu. Melihat senyum Ji Sang, Ri Ta memarahinya. Ji Sang santai menyahut kalau Ri Ta disangkanya sudah jinak-jinak merpati.
Sehabis marah-marah, Ri Ta menyandarkan kepalanya pada Ji Sang dan mengatakan bahwa dirinya yakin pemuda itu ada di suatu tempat di dunia ini. Dia berharap bisa bertemu dengannya, walau hanya sekali saja. Ri Ta mengajak Ji Sang pergi. Tapi, baru berdiri, tubuhnya langsung limbung. Ji Sang menangkapnya. Ri Ta mengeluh kalau sebelumnya Ji Sang menjaga jarak aman 30 senti darinya. Ji Sang mengatakan hari ini pengecualian.
Ji Sang kemudian menggendong Ri Ta di punggung. Ketika digendong, Ri Ta mengoceh kalau seseorang mencemaskannya rasanya seperti wajahnya mau membeku. Dia juga mengatakan alasan sebenarnya membohongi pada Jae Wook soal Ji Sang yang mabuk bukanlah bentuk kasihannya. Dia merasa tahu kenapa Ji Sang sampai seperti itu, karena ibunya Ji Sang sudah nggak ada lagi. Waktu itu kan Ji Sang sempat mengigau, memanggil-manggil ibunya. Saat itu, Ri Ta yakin ibunya Ji Sang sudah tiada, sama seperti ibunya.
“Melepaskan saat kau nggak mau melakukannya adahal hal yang menyedihkan,” ungkap Ri Ta, dalam kondisi mabuk, “Tapi kau tahu apa yang lebih menyedihkan? Yaitu nggak siap melepaskan dan nggak mampu menerimanya. Meski begitu tetap saja harus melepaskan.”
Ji Sang mengantar Ri Ta ke kamar dan meletakkannya di ranjang. Dia memandangi Ri Ta dan teringat saat menyelamatkannya dulu. Setelah itu, dia pergi.
Empat orang minionnya Jae Wook berkumpul. Salah seorang di antara mereka memerintahkan agar dua orang (pria yang menyerang Ji Sang) untuk kembali menyerang Ji Sang, dengan menekankan kata: lakukan apapun yang dimaui. Dua orang itu terperangah, tapi bertanya cara mengatasi kekuatan Ji Sang. Pria pemberi perintah menenangkan keduanya dan berjanji akan memberi informasi caranya.
Di sisi lain, seorang minion Jae Wook bertanya pada Jae Wook benarkah rencana “itu” akan dijalankan? Dia menilai rencana itu agak berlebihan. Jae Wook menggeleng, sebab rencana itu bertujuan baik demi mereka semua. Itulah sebabnya Ji Sang perlu diselamatkan lewat rencana itu.
Ri Ta yang tengah tertidur terbangun mendengar suara alarm kebakaran dan bergegas keluar. Ternyata nggak cuma Ri Ta saja yang keluar. Semua orang melongokkan kepala dari kamar masing-masing. Termasuk Ji Sang. Rupanya, nggak ada kebakaran. Alarm dipencet oleh Dokter Kim yang sedang mabuk, seperti kejadian di konferensi Amerika. Semua orang menghela napas. Ri Ta menatap Ji Sang dan menemukan kejanggalan lain: codet di pipi Ji Sang nggak ada lagi. Saat itu Ri Ta nggak bertanya-tanya lagi dan langsung masuk, meski benaknya dipenuhi tanda tanya. Ji Sang juga masuk ke kamarnya dan menemukan plester di pipinya tergeletak di meja. Kagetlah dia.
Keesokan harinya, Ri Ta dengan pakaian rapi menunggu Ji Sang di pintu depan hotel. Pikirannya tampak melayang-layang. Ji Sang datang dan bertanya apa tidurnya Ri Ta nyenyak? Ri Ta tersentak oleh pertanyaan itu, karena lamunannya mendadak buyar. Ji Sang menerima sms dari dua minionnya Jae Wook yang mendapat perintah membunuh Ji Sang. Pesan itu tertulis: “Kau bilang mau tahu siapa pembunuh ibumu? Jika kau ingin tahu, datanglah ke sini nanti malam. Bersiaplah mati.”
Ji Sang pun datang ke lokasi – tempat rahasia Jae Wook menjalankan penelitian bawah tanah bersama Hye Ri. Begitu sampai di sebuah ruangan, mendadak Ji Sang mencium bau darah. Darah pun mengalir di dinding dan lantai. Ji Sang menutup hidungnya, tetap saja bau anyir itu tercium hidungnya. Dia pun terduduk untuk menjaga keseimbangan tubuhnya. Tiba-tiba seorang dari minionnya Jae Wook muncul dan langsung menendang Ji Sang sampai keluar. Seorang minion lainnya muncul membawa tombak.
Begitu tombak itu hendak dihujamkan ke dada Ji Sang, seorang pria bertudung lainnya datang dan menyerang dua minion itu. Dengan mudah pria itu membunuh keduanya. Ji Sang juga menyerang pria bertudung itu. Dalam kondisi nggak stabil seperti sekarang, tentu saja Ji Sang mudah terpojok. Pria bertudung itu mencekik Ji Sang. Ji Sang balas mencekik pria bertudung. Ketika pria bertudung itu membuka tudung kepalanya, Ji Sang dengan jelas bisa melihat Jae Wook di sana.
0 Response to "Sinopsis 'Blood' Episode 6 Part 2"
Posting Komentar