Sinopsis 'Blood' Episode 4 Part 1
Dalam episode terakhir kemarin, kita semua tahu Ji Sang mengejar seseorang di parkiran rumah sakit. Ketika orang itu akhirnya muncul, Ji Sang berlari mengejarnya sampai orang itu menghilang dan akhirnya muncul kembali untuk menyerangnya. Perkelahian di antara mereka tak terhindarkan lagi. Pria itu telah mengubah dirinya menjadi vampir dan berhasil membuat Ji Sang sedikit kelabakan. Awalnya. Setelah beradaptasi dalam tempo yang cukup singkat, Ji Sang yang belum mengeluarkan sisi lain dirinya berhasil menekan pria itu.
Dengan penuh rasa percaya diri, Ji Sang mendekatinya untuk memberinya tendangan di bagian pant*t. Tapi, pria itu mengeluarkan senter lampu UV dan menyorot bagian mata Ji Sang. Terbakarlah matanya. Ji Sang menutupinya dengan tangan. Saat itu matanya samar-samar melihat pria yang cengar-cengir meledek dirinya. Begitu ingin didekati, seorang pria lain dengan tudung kepala muncul di belakangnya dan langsung menembakkan peluru suntikan. Itu tepat mengenai leher belakangnya.
Ji Sang mengerang dan duduk berlutut. Perubahan cepat pun terjadi. Ji Sang berubah menjadi sesosok vampir. Kedua pria itu meninggalkannya karena merasa tugasnya sudah selesai, tapi Ji Sang tidak membiarkannya. Dia menyerang pria yang bertarung dengannya tadi. Pria itu membalasnya dengan tinju. Ji Sang dengan mudah menahan tinju itu, membuat pria itu kesulitan bergerak. Tak lama, pria bertudung yang menyerang Ji Sang dengan peluru suntik mendekat dan langsung naik ke pundaknya. Pria ini dengan tangkas dan lincah membanting Ji Sang.
Berada dalam kondisi tidak stabil, Ji Sang tidak mampu bangkit. Keduanya pergi meninggalkannya dengan tenang. Ji Sang lalu berjalan, mencari jalan keluar dari area parkiran.
Di dalam rumah sakit, Ri Ta memarahi seorang wali pasien karena telah memberikan aspirin tanpa memberitahu riwayatnya. Wali itu meminta maaf dan bertanya apa suaminya akan baik-baik saja? Ri Ta mengiyakan, karena masih belum terlalu parah. Dia menengok ke arah dua dokter junior dan bertanya siapa dokter yang telah mengecek pemakaian obat pasien? Dua dokter itu menjawab: Ga Yun.
Tidak lama kemudian, Ga Yun muncul dengan tergopoh-gopoh. Setelah itu, dia membungkuk meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya. Di luar, tanpa diketahui pasien dan dua dokter tadi, Ri Ta memarahi Ga Yun karena telah bertindak selebor. Ga Yun hanya bisa meminta maaf. “Jangan minta maaf padaku. Minta maaf sana sama pasiennya!” omel Ri Ta. Sebelum pergi, Ri Ta mengancam jika sampai terjadi kesalahan lagi, Ga Yun akan nangis darah!
Ri Ta keluar dari dalam rumah sakit sambil mengoceh-ngoceh tentang ketidakmampuan Ga Yun dalam mengatasi pasien. Sesuatu yang telah diduganya sejak wawancara beberapa waktu lalu. Ketika mau masuk mobil, dia melihat Ji Sang di kejauhan berjalan sempoyongan. Dia mengernyitkan dahi. Ketika pada akhirnya Ji Sang ambruk, Ri Ta bergegas mendekatinya dan langsung mengeceknya. Keheranannya muncul tatkala dirinya menemukan bahwa Ji Sang memiliki tubuh yang sangat dingin. Dia berteriak minta pertolongan.
Seorang petugas keamanan membantu Ri Ta membawa tubuh Ji Sang ke ranjang perawatan. Ri Ta mengucapkan terima kasih pada petugas keamanan itu (di episode sebelumnya kita melihat petugas ini coba mencungkil pintu ruangan Ji Sang). Si petugas membungkuk hormat, dan sebelum pergi dia menatap Ji Sang dengan tatapan yang mencurigakan.
Tidak lama kemudian, Ga Yun dan salah seorang dokter junior lain datang. Ri Ta langsung mengusirnya karena bisa menangani Ji Sang. Dokter junior segera pergi. Tidak dengan Ga Yun yang masih menatap Ji Sang dengan tatapan penuh kekhawatiran. Ri Ta, masih dalam posisi berdirinya, berkicau, “Kau juga. Pergi saja sana!” Ga Yun pun pergi.
Selanjutnya, Ri Ta merawat Ji Sang. Saat itu dia mulai menemukan beberapa kejanggalan yang ada pada Ji Sang, seperti detak jantung yang iramanya lebih cepat. Dalam ketidaksadarannya, Ji Sang juga mengigau memanggil-manggil nama Sun Young. Ri Ta bertanya kenapa dengan Ji Sang? Ketika Ri Ta mau memberi suntikan, Ji Sang terbangun dan bertanya apa yang dilakukan Ri Ta? Dengan ketus dan sombong seperti biasanya Ri Ta mengatakan bahwa dirinya ingin mengecek darah Ji Sang. “Siapa izinkan kau melakukannya?” semprot Ji Sang tak kalah ketus.
Ri Ta mengangkat bahunya dan mendesah, merasa kesal apa yang didapatnya setelah membantu Ji Sang bukannya ucapan terima kasih melainkan semprotan ludah. Ji Sang bangkit dari tempat tidur dan pergi begitu saja. Ri Ta menjejerinya dan meminta penjelasan apa yang telah terjadi. Ji Sang bungkam. Ri Ta terus saja bertanya-tanya ini itu, membuat Ji Sang kesal dan akhirnya berteriak, “Tinggalkan aku sendiri!”
Ri Ta bersidekap. Dia menebak Ji Sang menyembunyikan sesuatu. Dia minta Ji Sang bercerita dan berjanji akan merahasiakannya dari orang lain. Dia mengatakan permintaannya itu bukan sebagai dokter kepada dokter, tetapi sebagai dokter kepada pasiennya.
Di tempat lain, seorang anak buah Jae Wook bertanya apa rencana Jae Wook terhadap Ji Sang? Jae Wook menjawab, “Ji Sang melupakan siapa dirinya yang sesungguhnya. Dia meniru manusia sekarang. Jadi, akan kutunjukkan padanya kebebasan dari asal dirinya. Aku menunjukkannya jalan ke mana dia harus melangkah untuk menemukan lebih jauh mengenai dirinya. Aku menyadarkannya akan fakta bahwa dia itu makhluk unggul.”
Anak buahnya bertanya lagi apa Jae Wook punya niat untuk menjadikan Ji Sang bawahannya? Dia mengingatkan akan bahaya laten dari Ji Sang, andai kata berhasil menemukan siapa orang yang telah membunuh ortunya. Jae Wook masih belum terlalu khawatir soal itu. Toh, Ji Sang sendiri tidak tahu apa-apa kenyataannya selama ini. “Jika ada seseorang yang bisa menunjukkannya target yang tepat. Dia akan memercayai orang itu berada di pihak yang sama,” jelas Jae Wook.
Si anak buah menarik kesimpulan kalau Jae Wook berniat memakai orang-orangnya demi menggaet Ji Sang. Jae Wook tersenyum membenarkan. Hanya saja saat ini isu itu belum menjadi hal yang terpenting. Yang terpenting adalah sejauh apa Ji Sang melakoni hidup laiknya manusia. Dia minta anak buahnya memberikan keterangan lebih lanjut.
“Orangtua Ji Sang adalah makhluk berdarah dingin, tapi memilih menjalani hidup laiknya manusia. Itulah sebabnya, hidup mereka menjadi tragedi. Mau kemana nantinya Ji Sang? Ke arah makhluk berdarah dingin, yang arogan, penuh amarah, dan ambius? Atau justru sebaliknya, laiknya manusia yang hangat tapi berbahaya?” jelas Jae Wook, sambil menatap foto lama hitam-putih dirinya bersama ayah-ibu Ji Sang dan seorang dokter yang belum diketahui namanya. Pakaian mereka sama: jas dokter berwarna putih.
Ji Sang pulang ke rumah. Hyun Woo memeriksanya. LUUVY menampilkan data statistik di dadanya yang berisi tentang temperatur, detak jantung, dan beberapa hal penting lainnya. Dia kemudian mengatakan supaya Ji Sang menurunkan suhu tubuh. Hyun Woo kaget demi melihat peluru suntik yang ditembakkan ke arah Ji Sang. “Apa-apaan ini? Kau bukan seekor Singa yang melarikan diri dari bonbin!” pekik Hyun Woo. Ji Sang menyuruhnya diam. Pekikan Hyun Woo membuatnya sakit kepala.
LUUVY lalu menyetel lagu India untuk meredakan sakit kepala Ji Sang. Ji Sang menolaknya. LUUVY mengganti dengan lagu klasik Korea. Ji Sang menghardiknya dan berniat menyerangnya. Untung ditahan Hyun Woo. LUUVY mundur dan berkata, “Serangan terdeteksi. Serangan terdeteksi.” Hahaha. Ji Sang menyuruh Hyun Woo untuk melakukan analisan senyawa di dalam suntikan itu. Hyun Woo hendak membicarakan sesuatu, tapi Ji Sang menyuruhnya membicarakannya besok. Hyun Woo pun mengajak LUUVY keluar dan membiarkan Ji Sang tetirah.
Disisi lain, Ri Ta mencari tahu apa yang terjadi pada Ji Sang. Dia membuka internet dan bertanya pada paman gugel tentang abnormal hypothermia.
Keesokan pagi, Ji Sang menebak kalau orang yang bertarung dengannya adalah orang yang nongol di dekat rumah. Dia berhasil menganalisa kemampuan orang itu berdasarkan suhu tubuh, baunya, dan frekuensinya. Hyun Woo menambahkan kalau orang-orang itu masih memakai metode suntik, metode lama yang dipakai untuk membunuh Sun Young. Ji Sang merasa itu orang-orang lain. Tapi, Hyun Woo menegaskan bahwa orang-orang kemungkinan besar sama, soalnya virus vampir itu memang mudah ditularkan.
Ji Sang menarik kesimpulan kalau dugaannya bahwa orang-orang itu menggiringnya ke Korea benar adanya. Kemudian, orang-orang itu menjajal apa yang telah dilakukan terhadap Sun Young pada dirinya. Hyun Woo sedikit khawatir soal itu. Sebab, bila orang-orang itu tahu bahwa Ji Sang masih hidup, tentu saja orang-orang itu akan mendatangi Ji Sang. Namun, itu justru membuat Ji Sang senang, sebab sudah dua puluh tahun terakhir ini dia menunggu untuk membalaskan dendam kematian orangtuanya.
Ji Sang menanyakan hasil analisa senyawa pada Hyun Woo. Sayang, Hyun Woo belum bisa mendapatkannya. Perlu banyak waktu untuk mengerjakannya. Hyun Woo mengatakan pada Ji Sang betapa cantiknya Ri Ta. Ji Sang terperanjat. LUUVY menambahkan dengan menampilkan bagian b*kong Ri Ta di layarnya. Hyun Woo memuji keindahan b*kong Ri Ta. Ji Sang melolohkan sayuran ke mulut Hyun Woo supaya kesadarannya kembali.
LUUVY protes. Ji Sang melemparinya dengan sayuran. LUUVY kembali memekik, “Serangan terdeteksi. Serangan terdeteksi.” Hahaha, ini kocak bingo.
Sebelum Ji Sang pergi, Hyun Woo memberikan sebuah kotak. Hadiah. Ketika membukanya, Ji Sang menemukan dua buah wadah bulat. Kutebak itu serum baru pengganti obat hijau.
Presdir menemui Jae Wook di ruangannya untuk membicarakan perawatan gratis yang dilakukan di bangsal 21A. Dia mengatakan kerisauan hatinya bahwa bila mereka mengalami kemunduran atau terungkap pada publik, maka dia akan mengambil tindakan ekstrem. Jae Wook meyakinkan Presdir untuk mempercayakan semua padanya.
Ji Sang pergi ke ruang CCTV lagi. Petugas CCTV mengatakan bahwa CCTV di bangsal 21A belum bisa berfungsi. Nanti setelah semua rilis secara resmi baru akan dipasangi. Ji Sang berpendapat ketidakfungsian CCTV di bangsal 21A karena bangsal 22 masih dalam tahap pembangunan. Petugas CCTV mengiyakan dan bertanya apa ada masalah yang serius, karena Ji Sang kerap datang ke sana untuk menanyakan rekaman. Ji Sang menjawab bahwa dirinya punya phobia sama CCTV. Lebih tepatnya, dia ingin mengetahui berapa banyak pasang mata yang memperhatikannya setiap waktu. Setelah itu, dia pergi.
Seperti biasa, jika kesal dengan Ji Sang, Ri Ta pergi menemui temannya untuk curhat soal kejanggalan yang ditemukannya saat mengecek Ji Sang kemarin. Meski begitu, dia tidak menceritakan orang diceknya adalah Ji Sang. Temannya Ri Ta tidak percaya kalau ada tubuh manusia hidup temperaturnya 27 derajat. Pasalnya suhu tubuh di bawah 35 derajat saja, manusia tidak bisa bermetabolasi apalagi lebih dibawahnya. “Itu pasti mayat! MAYAT!” tegas temannya Ri Ta.
Ri Ta tetap masih belum bisa menerima kenyataan itu. Dia bertanya apa mungkin syok sesaat atau obstruksi pada aliran darah? Temannya Ri Ta bertanya apa Ri Ta sedang menceritakan kenangan masa kecilnya dulu? Ri Ta menggeleng dan menyebutkan dulu sempat dirinya berpikir kalau itu kebetulan terjadi saja. Namun, dia mulai mengandai-andai, bisa jadi itu gejala klinis. Temannya Ri Ta bertanya apa RS Taemin memiliki pasien dengan suhu tubuh seperti itu? Ri Ta menjawab tidak, tapi dalam imajinasinya ada. Temannya menuding Ri Ta mau mewujudkan apa yang ada di dalam imajinasinya? Merasa terganggu, Ri Ta memilih pergi.
Ri Ta melihat Ji Sang dan memutuskan untuk mengikutinya. Baru beberapa langkah, Ji Sang menengok. Ri Ta pura-pura mengangkat telpon, membicarakan ini-itu soal medis. Ji Sang mendekat. HP Ri Ta berbunyi, menandakan pembicaraannya ditelpon adalah pura-pura. “Angkat tuh telpon,” kata Ji Sang sinis lalu melengos meninggalkannya.
Petugas CCTV yang bicara dengan Ji Sang sebelumnya menginformasikan kepada Jae Wook bahwa malam sebelumnya Ji Sang dibawa ke UGD. Jae Wook bertanya apa ada catatan medisnya? Petugas CCTV menjawab tidak ada di dalam database.
Ri Ta bertanya pada perawat tentang alat pengukur detak jantung yang disangkanya rusak. Perawat mengatakan alat itu berfungsi dengan baik. Ri Ta mengernyitkan dahinya dan bertanya kenapa semalam tidak berfungsi. Heran deh dia.
Ji Sang sedang tidur di ruangannya, ketika Ri Ta datang masuk dan coba untuk mengecek denyut leher Ji Sang. Begitu tangannya sudah dekat, Ji Sang membuka matanya, membuat Ri Ta bingung. Tapi dia punya alasan jitu kalau kedatangannya hanya untuk meminta Ji Sang membelah dua jari tangan kanannya. Dengan mudah Ji Sang melakukannya. Setelah itu, Ri Ta pergi dan ruangan Ji Sang.
Di luar, Ri Ta merasa kejanggalannya belumlah terjawab. Dia kaget melihat Ji Sang muncul di depannya. “Cepat sekali? Kau bisa berteleportasi?” tanya Ri Ta, melihat Ji Sang tiba-tiba ada di hadapannya. Ji Sang tidak menjawab dan berjalan mendekati Ri Ta, lalu memepetnya ke tembok. Dia menanyakan kenapa Ri Ta selalu mengganggunya? Ri Ta menjawab dalam tekanan wajah Ji Sang, “Kalau tidak mau diganggu, makanya jangan sampai tertangkap. Lagian, aku hanya mengecekmu karena semalam kau terlihat lemah. Apa itu masalah?”
Bukannya berterima kasih, Ji Sang makin mendekati wajah Ri Ta (untung tidak ada adegan dijilat) dan mengatakan bahwa itu bukan tanggung jawab Ri Ta. Siapapun tentu kesal tidak dihargai. Ri Ta bertanya apa Ji Sang sebegitu alerginya mengucapkan terima kasih. Pada akhirnya, Ji Sang mengucapkan terima kasih dengan nada suara yang dingin dan datar. Dia juga meminta supaya Ri Ta memberi jarak setidaknya tiga puluh senti saat berada di dekatnya.
“Kau pikir aku mengecekmu lantaran aku menyukaimu?” tanya Ri Ta. Ji Sang mengiyakan dan pergi begitu saja, meninggalkan Ri Ta yang masih terperangah tidak percaya.
Ditemani dua minionnya, Suh Hye Ri datang ke bagian pencatatan perawatan. Dia minta mulai hari berikutnya semua data pasien, khususnya dari bangsal 21A, dikumpulkan di Departemen Pengembangan Obat-obatan yang berada di bawah kendalinya. Karena itu, dia menyuruh perawat untuk berbagi password dengannya dan para minionnya. Beberapa langkah dari Suh Hye Ri berdiri wakil direktur memperhatikan hal itu.
Wakil Direktur kemudian memanggil Manajer Jung ke ruangannya. Dia meminta secara khusus padanya untuk mengawasi apa yang menjadi penelitian tim dari bagian Departemen Pengembangan Obat-obatan yang ada dibawah kendali Suh Hye Ri. Pasalnya, orang-orang ini tidak share dengan pihak RS yang berada dibawah pantauan Wakil Direktur juga. Manajer Jung bertanya, “Kenapa harus aku?”
Wakil Direktur menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan Suh Hye Ri dan para minionnya berkaitan erat dengan darah dan serum darah. Manajer Jung menolak, lantaran tersinggung sebelumnya Wakil Direktur membawa orang-orang tersebut tanpa minta izin dari para dokter RS. Lagipula, dia mengaku tidak tertarik. Wakil Direktur menjanjikan akan mendukung penuh apapun proposal yang akan Manajer Jung ajukan. Tetap Manajer Jung menolak.
Manajer Jung pergi dari ruangan Wakil Direktur dan melewati ruangan Departemen Pengembangan Obat-obatan. Sempat dia melihat Suh Hye Ri tengah bertekun dengan pekerjaannya. Suh Hye Ri melihat Manajer Jung langsung mengangguk hormat. Manajer Jung membalasnya dengan banyak anggukan.
Jae Wook menggelar forum para dokter di sebuah ruangan. Dia menyatakan bahwa mulai besok RS akan kedatangan pasien dari bangsal 21A dan meminta semua dokter bedah dari dua tim: tim Ji Sang dan tim Manajer Woo untuk menangani semua orang dengan sepenuh hati. Ri Ta melihat semua orang terdiam, padahal sebelumnya waktu diumumkan pembentukan klinik gratis orang-orang yang ada di hadapannya yang bertepuk tangan paling keras. Ji Sang dan Jae Wook tersenyum. “Aku yakin semua orang bersorak dengan hati mereka,” imbuh Jae Wook.
Ditemani oleh Ri Ta, Suster Sylvia mendoakan seorang pasien yang sebelumnya telah ditolak Ji Sang untuk tinggal di sana, karena dia tidak bisa melakukan apapun terhadap si pasien. Ji Sang datang dan meminta Suster Sylvia tidak berkeliling-keliling bak di rumah pelayanan. Suster Sylvia menjawab bahwa dirinya tidak bisa menolak orang-orang yang meminta doa padanya.
Ji Sang beralih pada pasien yang ditolak olehnya dan menyalahkannya karena meminta obat pereda sakit lebih banyak. Pasalnya, penambahan dosis obat terus-menerus bisa membuat pasien toleran terhadap obat. Wali pasien menjawab kalau dirinya tak bisa melihat suaminya kesakitan. Dengan sarkas Ji Sang bertanya apa wali pasien seorang psikolog? Ri Ta coba menengahi, tapi Ji Sang minta Ri Ti tidak ikut campur. Dengan tegas, Ji Sang mengingatkan jika kondisinya seperti ini lebih baik tinggalkan rumah sakit. Wali pasien mau protes, tapi pasien meminta maaf dan akan mengingatnya.
Ji Sang pergi. Ri Ta mengikutinya dan mengatakan kalau Ji Sang ternyata lebih buruk darinya dalam hal kekasaran terhadap orang lain. Ji Sang mengaku hanya mengikuti protokol RS. Tak ada masalah soal itu. Ri Ta menunjuk hati Ji Sang yang terlalu dingin dalam mempraktikkan segala sesuatu, termasuk protokol RS. Anak gadis dari pasien memanggil Ji Sang dan memintanya untuk merawat ayahnya dengan baik supaya hidup lebih lama. Ji Sang mengiyakan tapi tidak bisa berjanji bisa membuat hidup ayahnya lebih lama. Ri Ta mendengus mendengar pernyataan Ji Sang yang terlampau blak-blakan.
0 Response to "Sinopsis 'Blood' Episode 4 Part 1"
Posting Komentar