Sinopsis Blood Episode 1 Part 1

Sinopsis Blood Episode 1 Part 1

Sebuah mobil melaju melewati padang rumput yang tengah mengering. Mobil itu terus melaju kencang, sampai akhirnya mobil berhenti tepat didepan sebuah bangunan tua tak berpenghuni. Suara gagak terdengar disuasana yang begitu hening.



Seorang pria dengan penutup wajah menuruni mobil tadi, dia berjalan menuju bangunan yang telah usang tersebut. Tatapan matanya langsung tertuju pada batu nisan dengan salib diatasnya. Ia mengusap lumut yang menempel pada batu nisan tersebut, tertulis disana. ‘Jangan mencari kematian, kematianlah yang akan mencarimu.’






Pria Misterius dengan penutup wajah kini tengah menggali tanah tempat batu nisan tersebut tertancap. Ia terus menggali hingga terhenti ketika melihat apa yang terpendam didalamnya, tumpukan tengkorak dan tulang – belulang yang begitu banyak.





Rebuplic of Kochenia, Sobokeu district
Pria misterius itu kini menuju ke tempat penampungan para korban peperangan, ia pun membuka penutup. Dia Park Ji Sang (Ahn Jae Hyun) yang menjadi salah seorang dokter relawan di wilayah perang tersebut.

Seorang Dokter memanggil Ji Sang, ia memberitahukan bahwa dalam dua jam akan ada penyerangan tentara ke wilayah mereka. Jadi mereka diperintahkan untuk kabur dan mencari tempat yang aman.

“Apa kau telah mengirim –nya?”

Anak laki – laki itu masih di rumah sakit.” Jawab Dokter tadi.





Seorang anak laki – laki dengan luka parah dan tak sadarkan diri tengah terbaring di Rumah Sakit. Dokter yang tengah berbicara dengan Ji Sang mengatakan kemungkinan kalau mereka membawa anak tersebut, dia akan mati dalam perjalanan karena shock Hypovolemic.



Tapi bagi Ji Sang, mereka tak bisa meninggalkan anak itu begitu saja. Ji Sang yang akan membawanya setelah operasi. Rekan Ji Sang tak begitu yakin, dia tak akan bisa melakukannya sendiri. mustahil kalau tanpa asistan dan anestesi.

“Aku bilang aku akan melakukannya.





Seorang tentara menghampiri mereka untuk melakukan evakuasi segera. Ji Sang masih teguh akan pendiriannya, ia meminta agar mereka meninggalkan saja sebuah mobil disana. Dia akan segera kembali. Ada anak kecil yang harus diselamatkan.

“Kau tak punya otak? Kau tak seharusnya menyelamatkan anak pembangkang karena kau adalah dokter.”

Ji Sang membentak Tentara yang terus berbicara, dia menyuruhnya untuk segera pergi saja. Tentara tadi jengkel dan pergi meninggalkan Ji Sang.

“Tenang saja. Aku tak akan mati. Aku tak akan mati.” Seru Ji Sang padanya.




Rekan Ji Sang menatapnya dengan tanpa berkedip. Ji Sang heran dengan tatapan yang seolah tengah melihat gambar orang mati.

“Dokter Park, Aku harap kau beruntung.”

“Aku tak butuh keberuntungan untuk masalah seperti ini. Sampai jumpa.” Ucap Ji Sang santai dan segera berlalu.





Ji Sang sampai disebuah ruangan dan melihat tumpukan meja dan kursi menghalangi jalannya. Dia pun merogoh sebuah wadah dari sakunya, dia membuka wadah itu dan memakan pil yang tersimpan disana.

Setelah menelan obat tersebut, dengan lincah ia melompati tumpukan meja dan kursi dengan begitu mudah.



Ji Sang menatap anak laki – laki yang terbaring dihadapannya, matanya menajam kearah tubuh anak tersebut. Lensa matanya seketika berubah keemasan, ia pun mampu melihat organ dalam anak laki – laki itu layaknya mesin rontgen. Tak butuh waktu lama, Ji Sang langsung bertindak dan melakukan semua persiapan operasi seorang diri.





Sebelum melakukan operasi, Ji Sang memikirkan langkah apa yang akan ia lakukan terlebih dulu.

Luka dalam terdapat di perut. Besar kemungkinan untuk menembus ke bagian hati. Peluru ada dibawah diafragma. Kemungkinan di vena cava inferior dan dikanan pertemuan urat hati. Ini akan membutukan kosentrasi pada pendarahan di vena cava inferior dan rusaknya pembuluh hati. Sekarang, lakukan mobilization disisi kanan hati dan diafragma.

“Pisau bedah..” ucapnya menengadahkan tangan. Ops, tapi dia lupa kalau ia kini hanya seorang diri. Ji Sang pun terpaksa mengambil pisau bedah sendiri.








Diluar rumah sakit, tentara penyerang mulai berdatangan.



Ji Sang berkosentrasi dengan operasi yang ia lakukan, ia tengah mencari bekas peluru yang melewati vena cava inferior namun tanpa diduga, terjadi pendarahan saat operasi. Darah memuncrat ke wajah Ji Sang.

Mesin pendeteksi detak jantung memberikan alarm, detak jantung semakin melemah.



Dengan kepala dingin, Ji Sang menangani masalah ini. Ia terus mencari keberadaan peluru. Ji Sang sudah menduga akan terjadi pendarahan dan dia juga kekurangan darah untuk tranfusi. Tanpa anetesi, maka suntikan akan menjadi efektif.

Setelah melakukan beberapa penganan, peluru pun berhasil dikeluarkan dari hati anak laki laki tadi dan ia langsung menjahit bekas operasi. namun sayangnya, tentara sudah merangsak masuk menyisir rumah sakit. Mereka mancari kemungkinan adanya orang disana.





Tentara melapor pada pimpinannya, mereka tak menemukan siapapun di gedung rumah sakit. Namun belum selesai mereka berbicara, Ji Sang datang dengan menarik ranjang si Anak Laki – laki. Dia mengangkat tangan dan mengaku sebagai dokter relawan dari Universitas Munich, di Jerman.

Tentara lawan mengarahkan senjatanya ke arah Ji Sang, mereka memerintahkan agar Ji Sang segera berlutut. Ji Sang balas mengancam agar mereka membiarkan dia tetap keluar dan ia akan membiarkan tentara itu pergi dalam dua langkah.





“Jika kami tak mau melakukannya?”

“Ini kesempatan terakhir kalian. Menyingkir dan biarkan anak ini keluar.”

Jelas saja Tentara lawan tak akan membiarkan keduanya kabur, salah seorang yang memimpin mengedikkan dagu pada rekannya. Mereka pun dengan sigap mengarahkan tembakan ke arah Ji Sang sedangkan Ji Sang bergegas memasukkan Anak tadi kembali ke dalam ruangan.





Puluhan peluru mengenai punggung Ji Sang tanpa henti. Dia tak menghindar dan menghadapinya hingga Ji Sang semakin melemah. Ji Sang jatuh terjerembab ke tanah dan matanya terpejam tak sadarkan diri.

Seorang tentara mendekatinya, dia mencoba mengecek kondisi Ji Sang apakah benar – benar sudah mati atau belum. Ia menendangi kakinya namun Ji Sang tetap tak terbangun.





Tapi mata Ji Sang yang awalnya terus terpejam, seketika terbuka dengan warna lensa mata berubah keemasan. Urat – urat di wajah Ji Sang pun menjadi begitu jelas dan kukunya memanjang.

Ji Sang bangkit menatap tajam ke arah para tentara, dengan lincahnya ia melompat dan menghindari peluru yang dilecutkan kearahnya. Begitu mudahnya ia menghampirinya dan tak butuh waktu lama, Ji Sang berhasil menjatuhkan semua tentara itu.







‘Aku adalah Vampire’



Tepatnya, Aku terinveksi oleh virus VBT – 01. Virus VBT – 01 tak diketahui karena tercipta semenjak jaman kuno sehingga tak dapat disembuhkan. Virus ini mempercepat pertumbukan telomerase sehingga memperlambat penuaan pada manusia. Ini membuat hidup mencapai usia 300 tahun. Bagi orang dewasa, ini akan bereaksi setelah infeksi. Sedangkan pada anak – anak, setelah berhentinya pertumbuhan fungsi tulang. Dan setelah 5 – 6 tahun, penampilan mereka akan terus sama. Dan orang yang telah terinfeksi memiliki kemampuan melebihi manusia normal dan secara spontan terjadi penyembuhan. Tapi cahaya subuh dan sinar UV yang kuat akan berakibat sangat fatal. Mereka yang haus darah akan menderita sekali.







Ji Sang sudah berhasil mengalahkan para tentara. Ia kini berada didepan api dengan meringis kesakitan. Peluru yang sudah menghunus ke punggung dengan sendirinya keluar dan kulit bekas tembakan peluru pun perlahan menghilang.





“Aku bukanlah manusia. Aku makhluk lain yang berdiri antara hidup dan mati.”



[Tahun 1979 - Moore Country, Tennessee, USA]
Ditengah malam, seorang anak kecil berlari melewati jalanan dengan pakaian khas vampire di film – film. Anak itu tengah merayakan haloween dan berjalan dari pintu ke pintu, “Trick or treat?” serunya didepan sebuah rumah.

Seorang pria keluar, dia adalah Park Hyun Seo (Ryu Soo Young) yang menyambut anak tadi dengan ramah meskipun sudah larut. Anak tadi bernama Daniel berkata bahwa ia habis demam. Dia minum obat dan tertidur sehingga terlambat merayakan.

Hyun Seo tersenyum kemudian memberikan segenggam permen, “Cepatlah pulang.”





Dalam perjalanan pulang, Daniel berpapasan dengan dua pria berjubah misterius yang menabraknya. Ia memunguti permennya namun salah satu dari pria berjubah menginjak permen yang berceceran. Daniel tetap diam dan menatap pria berjubah itu dengan heran.





Hyun Seo yang kini berada di rumah mulai gusar, ia bergegas mematikan lampu rumahnya dan memperhatikan kondisi sekitar. Ada sesosok bayangan hitam yang melintas di jendela, Hyun Seo berbalik makin waspada.



Namun tanpa diduga, seorang pria berjubah muncul dari belakang Hyun Seo dan menerjangnya. Hyun Seo jatuh terjerembab tapi ia langsung bangkit. Ia menyingkap lengan bajunya untuk melawan Pria berjubah ini, dia adalah J.

Hyun Seo juga bukan lawan yang mudah untuk dikalahkan, bahkan ia mampu membuat J terpojok dan melemparnya dengan mudah.





Sayangnya saat Hyun Seo berhasil mengalahkan J (Lee Ji Hoon), pria berjubah satu lagi muncul dan menendangnya. Tubuh Hyun Seo terpelanting menubruk rak hingga patung Bunda Maria yang terpajang disana terjatuh.

Kemarahan Hyun Seo memuncak, kukunya seketika memanjang dan menajam. Wajahnya berubah mengerikan, menatap tajam ke arah J dan Nam Chul Hoon (Kwon Hyun Sang).





Suara tangisan bayi memecahkan keheningan diantara ketiganya yang bersiaga. J dan Chul Hoon mendengar suara itu, keduanya secepat kilat berlari menuju ke lantai dua. Hyun Seo tak mungkin begitu saja membiarkan mereka mendekati anaknya. Ia berhasil menarik kaki Chul Hoon tapi Chul Hoon langsung menendangnya. Dia mencekik leher Hyun Seo yang berteriak, “JANGAN!!”

Hyun Seo dengan tenaga yang tersisa membuka jaket yang menutup wajah pria yang mencekiknya.





J yang berhasil lolos segera mendobrak kamar bayi Hyun Seo. Ia perlahan mendekati ke ranjangnya tapi ternyata semua ini hanyalah jebakan. Tak ada bayi yang menangis, yang ada hanyalah kaset rekaman suara tangisan bayi dan suara seorang wanita menyanyikan lagu tidur untuk anaknya.





Dan wanita serta anak yang terekam dalam kaset itu kini dalam perjalanan menuju ke suatu tempat. Wanita yang mengendarai mobil adalah istri Hyun Seo, Han Sun Young (Park Joo Mi). Sun Young tak henti – hentinya meneteskan air mata saat mengemudi sambil sesekali memperhatikan putranya yang berada di kursi belakang.



Disisi lain, Hyun Seo sudah kalah jumlah dalam melawan J dan Chul Hoon. Tak selang lama, seseorang memasuki rumah Hyun Seo. Dia dengan tenang duduk dihadapan Hyun Seo yang sudah tak berdaya. Dia tak lain Lee Jae Wook (Ji Jin Hee), ia menggerakkan jemarinya dengan angkuh. “Kau tak melakukan apapun. Kau hanya terus kabur dan melawanku dengan membabi buta. Dimana Sun Young dan Jason? Mana Jason?”

“Bunuh aku. Bunuh aku saja dan tinggalkan istri serta anakku. Ini permintaan terakhirku sebagai seorang teman.” Pinta Hyun Seo.





Jae Wook tak berniat datang kesana untuk mendengarkan permintaan Hyun Seo. Ia memintanya untuk berfikir dengan hati – hati. Jika meraka tidak mengontrolnya mungkin akan membawa mereka dalam situasi yang terburuk.

“Apapun yang terjadi, ini lebih baik dari apa yang kau lakukan.” Seru Hyun Seo.

“Apa kau masih berfikir kalau ini hanya menguntungkan untukku?”

Hyun Seo berseru menyetujui apapun apa apa yang Jae Woo katakan dan pikirkan asal dia mau meninggalkan anak serta istrinya. Hyun Seo memohon agar Jae Wook mau menerima permintaannya.





Jae Wook bangkit sebagai tanda penolakan. J pun langsung menancapkan suntik ke leher Hyun Seo hingga dalam sekejap urat - uratnya membiru. Hyun Seo mati dalam sekejap dengan cairan yang disuntikkan ke lehernya.



“Aku tak tahu sebelumnya, tapi kalimat ini membuatku tersentuh. Daripada menjadi teman yang tak jelas, lebih baik menjadi musuh yang sesungguhnya.” Ucap Jae Wook menatap mayat Hyun Seo.



*****
Sun Young berhenti mengendarai mobilnya. Ia tampak sangat gusar dan mencemaskan sesuatu.



FLASHBACK

Ia teringat bagaimana ia membujuk Hyun Seo untuk ikut kabur bersama mereka tapi Hyun Seo menolak. Mereka harus mengambil jalan terbaik dan ini hal terakhir yang bisa ia lakukan untuk menyelamatkan Jason. Dia tak ingin Jason hidup seperti mereka.

Mata Sun Yeong meremang menahan tangis, ia tak bisa hidup tanpa Hyun Seo.

“Bantu dia (Jason) melakukannya.” Pinta Hyun Seo.





Hyun Seo menatap Jason yang ada digendongannya dengan penuh kasih sayang.

“Maafkan aku, ini semua salahku. Tapi percayalah kalau kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri."





FLASHBACK –end-

Setelah mengingat ucapan suaminya, Sun Young mengusap air mata yang sudah membanjiri wajahnya. Dia yang sebelumnya tampak ragu, kini berubah mantap dan kembali kedalam mobil untuk melanjutkan perjalanan. Ia tahu keinginan suaminya, dan ia pasti akan mewujudkan apa yang suaminya inginkan. Demi Jason.



Tahun 1994

Dering alarm diatan nakas membangungan seorang anak yang masih terlelap. Ia mengintip cahaya pagi yang menerobos masuk ke dalam kamarnya.





Anak laki – laki itu kini tengah memberikan makanan untuk rusa yang ia kurung. Rusa itu tak mau makan apa yang ia berikan, Anak itu pun sedih dibuatnya. Ia tahu kalau rusa yang ia kurung merasa tak nyaman tapi ia berjanji akan segera melepaskan jika sudah sembuh. Tapi baginya, rusa itu tetap lah beruntung. Ketika ia pergi, ada tempat dimana ia bisa kunjungi.

Anak tadi tertunduk dengan sedih.





“Jisang –ah. Ayo makan.” Ucap Sun Young. Yap, berarti anak laki – laki yang memberikan makan rusa adalah Jason. Jason yang sudah berubah nama menjadi Park Ji Sang.



Acara sarapan keduanya begitu hening, Sun Young mengeluh karena putranya sekarang tak lebih hanya berbicara sepuluh kata setiap hari. Ji Sang malas, baginya tak ada sesuatu yang harus ia katakan. Ia bangkit lalu berkata kalau ia akan keluar hari ini. Ia akan membeli buku.

“Aku akan membelinya besok ketika aku keluar.”

“Jangan khawatir. Aku akan kembali dengan selamat.” Ucap Ji Sang dingin. Sun Young sepertinya terpaksa mengijinkan, tak ada alasan yang tepat untuk menahan Ji Sang.

Tapi sebagai gantinya, Ia memberikan obat pada Ji Sang. Sun Young menyuruhnya untuk memakan obat itu sebelum kembali. Ji Sang menyambar obat pemberian Sun Young tanpa sepatah kata pun.





Dalam perjalanan menuju toko buku, Ji Sang melewati tepian pantai. Ia berjalan dengan wajah datar yang selalu ia tunjukkan. Ji Sang mengeluarkan obat pemberian Sun Young. Ia membuang obat tersebut dan tak mengikuti perintah ibunya.







Related Posts:

0 Response to "Sinopsis Blood Episode 1 Part 1"

Posting Komentar